[Kisah] Kampanye Toleransi Dari Seorang Penjual Buku Mewarnai

[Kisah] Kampanye Toleransi Dari Seorang Penjual Buku Mewarnai - Bercak lumpur yang mengotori tangga masuk lantai 1 Pasar Klender, Jakarta Timur tak menyurutkan niat Muhammad Amin untuk menjajakan dagangannya. Kendati gerimis masih membasahi pasar tradisional tersebut namun Amin tetap pada posisinya, duduk di pinggir anak tangga sambil menawarkan buku mewarnai.

Sejak tahun 2010 pria berusia 45 tahun itu memutuskan menjadi penjual buku mewarnai untuk anak-anak kendati jaman sudah beralih ke dunia digital. Sebagai “orang pinggiran” Amin tak mudah putus asa, guna mengakali dagangannya laris ia kerap berpindah-pindah tempat. Hampir semua pasar di Jakarta Timur pernah ia singgahi.

“Saya berjualan di sini baru dua hari, sebelumnya saya di Pasar Enjo Pisangan dan satu tahun sebelumnya saya jualan di Pasar Perumnas Klender. Bukunya murah meriah Cuma lima ribu satunya,” ucap pria asal Brebes Jawa Tengah itu kepada KBK di Pasar Klender, (12/10/16).

Amin merupakan korban kekerasan batin dalam berumah tangga, di kalangan keluarganya Amin selalu di pandang sebelah mata. Konflik itu memuncak hingga pada akhirnya ia bercerai dengan sang istri 6 tahun silam dengan meninggalkan 1 orang anak. Persepsi negatif juga menyelimuti benak tetangga Amin kini.

“Setiap saya pulang berdagang dan mau keluar sekedar untuk melepas penat pasti para tetangga mengira kalau saya mau nyolong,” keluh mantan penjual kaset VCD itu.

Hidup sebatang kara di Ibu Kota serta profesinya yang hanya sebagai penjual buku mewarnai tak membuat Amin gelap mata. Menurut Amin dalam berkehidupan itu manusia harus selalu berbuat baik dengan siapa pun, tak pandang bulu.

Setelah hujan turun makin deras, Amin berpesan bahwa hidup itu juga harus mengedepankan toleransi.

“Biasanya kan masyarakat dari daerah kalau ke Jakarta maunya tinggal sama orang sekampungnya. Kita ini hidup di Indonesia, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, harus berteman dengan siapa pun untuk menjaga kerukunan umat,” jelas Amin yang mengaku mengambil barang dagangannya dari seorang bersuku Batak di pasar Senen, Jakarta.

Kampnye toleransi itu juga kerap Amin sampaikan kepada para teman dan pembeli yang dalam per hari jumlahnya masih bisa dihitung jari.

Artikel blog viral Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top