Hebat...Tidak iNgin Mengemis,iBu Beserta 3 Anaknya iNi Rela Jalan Kaki Belasan KM Untuk Jual Kue Hingga Larut Malam

Jika kita melewati Jalan Ijen sekitar pukul 23.00, kadang melihat seorang ibu berjilbab yang mendorong rombong kue diiringi tiga anaknya yang masih kecil. Penjual tersebut adalah Srianah, 41, warga Jl Muharto Gang VII No 13, RT 13/RW 7, Kota Malang. Sedangkan tiga anaknya adalah Tri Sutrisno, 11; Kurnia Putri, 9; dan adiknya Dwi Astuti, 7.

Setiap setelah Magrib, istri Suwarno, 55, itu menyusuri Jl Muharto–Kebalen–Kawasan Klenteng–Pasar Besar–Ramayana–Kayutangan–Klojen–RSSA–Stasiun Kotabaru–Jl Bromo–Jl Ijen, hingga terakhir mangkal di Jl Jakarta. Jika ditotal dalam sekali jalan, dia bisa menempuh jarak sekitar 7 km. Sehingga ketika pulang-pergi, mereka menyusuri jalan sepanjang 14 km. ”Saya harus bekerja seperti ini karena suami saya mengalami stroke dan tidak bisa bekerja,” katanya saat diwawancarai Tim mabesajo sekitar pukul 23.00 di kawasan Taman Merbabu.


Perempuan murah senyum itu mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai pukul 07.00, dia sudah berjualan kue hingga pukul 13.00. Namun, biasanya dia berjualan sendiri. Sebab, ketiga anaknya bersekolah di SDN Kidul Dalem 2.

Nah, untuk malam harinya, dia keliling lagi mulai pukul 18.00–pukul 23.00. Sebenarnya ketika berjualan di malam hari itu, dia hanya ingin jalan sendirian. Namun, ketiga anaknya memilih ikut berjualan. Karena jika mereka tetap di rumah takut mengganggu suaminya yang sakit stroke. Mengingat, kalau sedang kambuh biasanya suami Srianah suka marah-marah. ”Kalau di rumah anak-anak sering dimarahi sama ayahnya. Jadi, mereka tidak kerasan dan memilih ikut saya,” ungkap Srianah.

BACA : Semenjak iBu Kandungnya Meninggal,Bocah iNi Di Asuh 3 Kali Keluarga Berbeda Dan Di Sodomi Di Kandang Babi Oleh Orang Tua Asuhnya

Di pinggir jalan di bawah sinar lampu Jalan Merbabu, Srianah bercerita panjang lebar tentang jalan hidupnya. Selama delapan bulan dia mendorong gerobak untuk berjualan kue dengan berjalan kaki. ”Sebelumnya saya bekerja sebagai pemulung, Mbak,” ucapnya.

Namun, selama menjadi pemulung penghasilan yang didapatkannya kecil dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan itu dia lakukan setelah suaminya yang bekerja sebagai tukang becak serta kuli bangunan itu sakit stroke dan tidak kunjung sembuh.


Makanya tanpa pikir panjang, dia menggantikan suaminya mencari nafkah dengan menjadi pemulung rongsokan di Kota Malang. ”Sebelum jadi pemulung, saya sebagai ibu rumah tangga,” katanya. Yaitu, merawat ketiga anaknya yang masih kecil.

Sebenarnya anak Srianah ada 4 orang, yang satunya bernama Dwi Kurniawan Putra, 18. Selama ini Dwi membantu mencari nafkah dengan berjualan koran. ”Dia juga yang sehari-hari menjaga suami saya,” kata lulusan SMK Kartika tersebut. Namun, karena jadi pemulung dapat uangnya sedikit dia memilih jualan kue. Kue yang dia jual antara lain, roti goreng, roti kukus, gorengan, nasi kuning, air mineral dan teh gelas. Menurut dia, hasil dari jualan kue lebih besar dari memulung.

Apakah anaknya tidak capek ikut jualan? Srianah mengatakan, selama ini meski capek anaknya tidak pernah kapok untuk ikut berjualan. Karena, mereka merasa lebih bebas bermain sambil mendampingi ibunya. Pernah juga ada satu anaknya yang tidak kuat berjalan, maka Srianah memasukkan anaknya itu ke dalam rombong.

Menurut dia, aktivitas jualan kue itu dilakukan nyaris tanpa absen. Bahkan, jika hujan tiba, mereka juga terpaksa berjualan dengan memakai jas hujan. ”Alhamdulillah, anak-anak tidak sakit. Itu merupakan rahmat dari Allah,” ungkap perempuan berjilbab ini. Bahkan, anak-anaknya masih terlihat ceria meski jam menunjukkan pukul 23.00 dan mengeluh ngantuk.

Sementara itu, aktivitas Srianah berjualan ini juga telah memantik banyak simpati dari masyarakat. Misalnya dia pernah didatangi komunitas mahasiswa dan kemudian mendapatkan bantuan rombong untuk berjualan. ”Sebelumnya saya pinjam rombong, sekarang sudah milik sendiri setelah diberi bantuan oleh mahasiswa tersebut,” tuturnya.

Ditanya terkait penghasilan dari jualan kue, Srianah mengaku dalam sekali jualan jika laku semua dirinya untung Rp 40 ribu. Sehingga jika berjualan dua kali siang dan malam hari, maka dia mendapatkan keuntungan Rp 80 ribu. Tetapi jika kuenya tidak habis, maka keuntungannya tidak sampai sejumlah itu. ”Kalau nggak habis, ya untungnya berkurang,” ucapnya.


Srianah mengaku tidak merasa berat menjalani pekerjaannya itu semata-mata karena cintanya kepada keluarga. Lebih-lebih kepada anak-anaknya yang masih kecil. Dia ingin anak-anaknya menjadi orang yang berhasil. Untuk itu, dia juga mendorong mereka agar giat belajar. Meski dalam kondisi ekonomi yang sulit, Srianah juga melarang keras anaknya menjadi peminta-minta. Sejak kecil dia sudah menanamkan kepada anaknya untuk bekerja keras. ”Kami tak mau ngemis,” ujarnya.

Kurnia Putri, anak ketiga Srianah yang ditanya mabesajo ini mengaku tidak masalah berjalan kaki mengikuti ibunya. Dia merasa senang karena bisa membantu sang ibu dan belajar berjualan. ”Ya kadang capek dan ngantuk, tapi nggak papa, yang penting sama ibu,” ujarnya. Bahkan, dia mengaku masih tetap bisa belajar meski setiap malam ikut ibunya berjualan kue dengan berkeliling Kota Malang

Artikel blog viral Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top