Berita Metropolitan - Maraknya isu SARA jelang pilkada Jakarta cukup membuat risau
sebagian kalangan. Isu SARA dianggap tidak relevan dan dianggap
ketinggalan zaman.
"Kita ini hidup di abad yang sangat modern.
Ini abad 21. Isu SARA itu produk masyarakat abad lampau. Kini saatnya
kita berpikir untuk memperkuat kehidupan yang beradab dan berbudaya.
Kita harus mampu berpikir obyektif dalam segala hal," ujar Wakil Katib
Syuriah PWNU DKI Jakarta Taufik Damas dalam keterangannya, Selasa
(13/5/2016).
Menurutnya, momen pemilihan pemimpin seharusnya
dilihat sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memperjuangkan
kehidupan yang lebih baik.
"Masyarakat harus diajak untuk
berpikir obyektif dan kritis. Dengan demikian, akan lahir pemimpin yang
benar-benar memperjuangkan kesejahteraan hidup orang banyak. Pemimpin
yang bertanggungjawab pada masyarakat, bukan pemimpin yang culas dan
penuh kebohongan," tegas Taufik
Seorang pemimpin itu tergantung
kemampuan untuk memberikan dan menjamin kemashlahatan atau kesejahteraan
warga. "Gubernur di negara Indonesia beda tanggung jawabnya seperti
auliya atau wali yang dimaksud dalam negara-negara Islam. Ini negara
Pancasila. Ada kesetaraan dalam hukum publik," ujarnya.
Tidak
hanya itu, pemilu atau pilkada jangan sekadar dijadikan ajang untuk
menang-kalah, tapi harus dijadikan kesempatan untuk menegakkan pola
hidup yang sesuai dengan akal sehat.
"Karena kehidupan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip akal sehat akan bermuara pada
kesejahteraan jiwa dan raga kita semua. Dan itu cita-cita para pendiri
negeri ini," tutupnya.(detik.com)
Source link
0 komentar:
Posting Komentar