Bagi Megawati Pilkada DKI Bukan Masalah Menang atau Kalah, tapi Ada yang Lebih Besar Lagi. Ini yang Harus Dipikirkan












 
Ketua
Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

Berita Metropolitan - Sikap politik Ketua
Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tentang calon yang akan
diusung pada pilkada DKI Jakarta masih menjadi tanda tanya. Terlebih,
PDIP sebagai partai yang memenuhi syarat untuk mengusung calon sendiri
di pilkada DKI memang punya banyak pilihan.


Namun, Megawati diyakini tidak sekadar
berpikir menang atau kalah dalam pilkada DKI. Berdasarkan penilaian
Ketua Bidang Otonomi Daerah Seknas Jokowi, Nazaruddin Ibrahim, Presiden
RI ke-5 itu pasti memikirkan kepentingan yang lebih besar ketimbang
sekadar memenangi pilkada di ibu kota negara.




“Bagi Bu Mega, pilkada DKI Jakarta tentu
bukan hanya persoalan menang-kalah, siapa yang tertinggi
elektabilitasnya atau berapa banyak keuntungan untuk menghadapi pemilu
2019. Tapi Megawati sedang  merawat Indonesia, merawat keberagaman yang
telah dengan susah payah dibangun oleh ayahnya, Soekarno,” ujar
Nazaruddin melalui layanan pesan singkat, Rabu (14/9).




Menurutnya, sangat disayangkan ketika
kontestasi pilkada DKI justru menggulirkan kutub dukungan yang
didasarkan pada ras dan agama. Yakni antara pihak pendukung Basuki T
Purnama alias Ahok denga penolaknya.




Karenanya Nazaruddin meyakini Megawati
sedang berupaya keras menerjemahkan Trisakti dan merawat kebhinnekaan,
termasuk agar jangan sampai kontestasi di pilkada DKI justru menumbuhkan
fundamentalisme, radikalisme, ataupun fanatisme berlebihan tentang suku
dan agama. “Megawati sedang berusaha membuang beban di pundaknya untuk
mencegah arena kontestasi menjadi ajang tumbuh dan berkembangnya
fundamentalis-radikal agama dan ras,” ulasnya.




Soal calon, kata Nazaruddin, bisa saja
Megawati memutuskan untuk mengusung Ahok. Tapi jika Megawati mengusung
Ahok, sambung Nazaruddin, maka ada implikasi serius.




Yakni pertentangan berbau SARA yang makin
frontal karena arahnya hanya akan ada kubu pendukung Ahok dan
penentangnya. “Pilihan ini merupakan pilihan buruk bagi keberlanjutan
toleransi, keberagaman dan harmoni, juga merupakan ladang yang subur
bagi tumbuh dan berkembangnya fundamentalis-radikal agama dan ras,”
ucapnya.




Namun, kata Nazaruddin, ada juga
kemungkinan Megawati mengusung calon lalin. Misalnya, mengusung kader
PDIP yang juga wali kota Surabaya, Tri Rismaharini dan menduetkannya
dengan Rizal Ramli yang juga mulai dilirik sejumlah partai politik.




Andai Megawati mengusung Risma, kata
Nazaruddin, maka kemungkinan besar akan ada tiga kubu pasang calon.
Yakni Ahok, Risma dan Sandiaga.




“Pilihan ini merupakan pilihan rasional
dan mendorong kegairahan rakyat ikut dalam kegembiraan kontestasi. Mega
bukan hanya telah memberikan pendidikan kepada rakyat tentang
kepemimpinan tapi juga telah memutus mata rantai freerider (penumpang
gelap, red) yang menggunakan pilkada sebagai media kontes
fundamentalis-radikal,” ujar Nazaruddin.





Ia menegaskan, pilkada DKI jangan sampai
justru menjadi kontestasi antara kubu pro-Ahok dengan anti-Ahok. “Tapi
tentang kita, tentang Indonesia dan Jakarta yang mempunyai jiwa tempat
wong cilik dapat hidup tenang dan berwajah humanis,” pungkasnya
. (jpnn.com)








Source link

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top