CelotehanAkhwat - Sumpeh! Sinetron anak remaja sekarang serasa ngeliat anak-anak dari planet manaa.. gitu. Nggak ada ciri khas sekolah-sekolah yang ada di tanah air. Hobi ngeceng, jual tampang sampai parade kekayaan orangtua.
Padahal ya, seandainya saja yang nulis skrip sama sutradaranya itu mau riset tentu sinetron tersebut akan membumi.
Tapi, ya gitu deh. Mungkin karena kejar tayang atau gimana, akhirnya sinetronnya jadi terasa kayak makan snack kosong, nggak bergizi cuma berisi angin doang! Tujuh adegan di sekolah berikut ini, seharusnya bisa bikin sinetron remaja itu terasa unsur lokalnya dan akan jauh lebih menghibur dan mendidik.
Apa saja adegan yang seharusnya ada namun ternyata nggak muncul sama sekali itu?
1. Belajar Kelompok
Cowok ganteng, abisin waktu bareng teman tuk belajar. Bukannya bareng pacar mojok di belakang kantin.
Ini seharusnya lebih ditonjolin, bukannya cuma pemandangan nunggu pacar di parkiran bimbel doank. Belajar Kelompok merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam dunia pendidikan tanah air. Harusnya para penulis skenario, bersedia untuk riset kecil-kecilan melihat bagaimana tingkah polah para siswa ketika belajar kelompok dan interaksi di dalamnya.
Toh, bisa kok di dalamnya disisipin adegan asmara tapi nggak vulgar. Dunia remaja kan harusnya ceria, jangan mikirin pacaran melulu. Audiens bisa bosan kan?
2. Upacara Bendera di Hari Senin
Hormat grak! Tunjukin bela negaramu dengan khusyuk mengikuti upacara bendera.
Satu-satunya ‘pusaka’ nasional yang masih ada dan dijalani para siswa di sekolahnya masing-masing adalah Upacara Bendera setiap hari Senin. Bagus banget jika ada adegan upacara bendera. Minimal, kita akan mendengar alunan lagu Indonesia Raya saat penaikan bendera merah putih.
Yakin deh, ini akan menjadi nilai tambah bagi sebuah sinetron dan bakalan melunakkan KPI biar gak sering-sering nyemprit siaran gak bermutu.
3. Nunggu Angkot Rame-rame
Apa sutradaranya gak mau repot kali ya, jika blocking adegannya kek gini..
Nah, setiap siswa pasti pernah merasakan yang namanya naik angkot semasa sekolah. Apalagi rame-rame bareng teman nungguin angkot. Walau cuma sekali seumur hidup. Kecuali ya, bagi mereka yang memang dilahirkan dalam keluarga elit yang bahkan, begitu keluar dari teras rumah langsung naik mobil sendiri. Tapi kan jarang.
Pasti seru dan berwarna deh sinetron tanah air. Jika skenario sinetron itu dapat ditulis dengan sedikit melakukan riset dan pengamatan lapangan.
4. Seragam Batik dan Seragam
Nah, ini kan seragam sekolah yang diwajibkan oleh pemerintah.
Seragam batik dan seragam pramuka kan diwajibkan oleh pemerintah. Menjadi aneh jika seabrek-abrek episode, masak sih nggak ada sama sekali setting sekolah yang pake baju batik atau baju pramuka. Memangnya sekolahnya bukan di Indonesia kali ya?
5. Kemeja Dimasukin ke Celana
Tuh, seragam sekolah tuh kayak gitu. Rapi-jali. Tetep kyut dan hensem kok :)
Secara pribadi mungkin kita yang bersekolah adalah sekali-dua kali baju dikeluarkan. Tapi kan jarang. Lebih sering dimasukkan ke dalam celana atau rok. Toh, itu kan sudah peraturan sekolah.
Nah, kalo adegan dalam sinetron lebih banyak menampilkan siswa dengan baju yang dikeluarkan. Tentu mengundang pertanyaan. Memang ada sekolah di tanah air yang membolehkan siswanya begitu? Seragam sekolah dibiarkan keluar sepanjang hari, sepanjang waktu?
Ah, ini pasti akal-akalan produsernya saja. Biar terlihat keren tapi sayang menyalahi aturan dan parahnya bakal memberi inspirasi kepada anak-anak sekolahan haduh..
6. Razia Kecil-Kecilan kayak rambut gondrong, hape dan sebagainya
Hahai, yang pernah ngalami yang begini itu cowok tulen!
Walaupun horor tapi yang namanya razia pasti pernah dialamin oleh siswa sekolah. Entah razia dompet dari foto pacar. Razia aksesoris rantai dompet. Ikat pinggang dengan gasper kepala tengkorak hingga razia rambut gondrong.
Ah, kalau ini bisa dimasukkan – tentunya dengan penyesuaian cerita, tanpa harus memaksakan adegan, alangkah menyenangkan. Sinetron jadi lebih hidup. Yang nonton bakal terhibur, mantan anak sekolahan juga bakal tersenyum-senyum mengenang kenakalan semasa sekolah dulu.
Tuh kan, membayangkan saja sudah senyum-senyum..
7. OSIS
Coba sesekali diselipin kegiatan OSIS. Jangan aksi dengki ama pacaran melulu.
Apa kabar OSIS sekarang? Kok nggak pernah masuk dalam setting cerita sinetron anak SMA? Padahal menjadi pengurus OSIS itu sangat berguna loh.. Utamanya akan membantu dalam menggembleng mental kepemimpinan dan kecakapan dalam berorganisasi.
Ah, andai aktivitas rapat OSIS, memperingati hari besar nasional bisa masuk dan dimainkan secara cantik dalam sinetron pastilah pamor OSIS akan naik lagi. Dan efek positifnya, banyak penonton yang akan mendaftar jadi pengurus OSIS di sekolah masing-masing.
Tapi ah sudahlah, kayaknya geng-gengan lebih seru lebih macho kali ya dibanding ikut OSIS atau kegiatan ekstra kurikuler. Walaupun nggak ada manfaatnya, di mata produser ini lebih besar potensi ratingnya.
Masih banyak nilai-nilai pendidikan dan kearifan lokal yang bisa disisipkan dalam cerita sebuah sinetron remaja. Tentu ini akan membantu mengembalikan posisi anak SMA pada tempatnya. Sebagai pelajar yang tumbuh dengan rasa keingintahuan tinggi, solidaritas pertemanan dan dapat tersalurkan secara positif. (*)
0 komentar:
Posting Komentar