Ibukota Negara Yang Memprihatinkan
Pernahkan anda membayangkan sebuah ibukota sebuah negara bertempat di daerah pinggiran, jauh dari keramaian kota yang layak di sebut sebagai sebuah ibukota. Akses jalan menuju daerah tersebut masih dalam kondisi berbahaya apaalgi bagi orang yang pertama kali masuk ke negri tersebut. Ibukota negara tersebut adalah BIDAR ALAM.
Bidar Alam adalah ibukota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Mr. Syafruddin Prawira Negara pernah mengendalikan pemerintahan PDRI di Bidar Alam lebih kurang tiga setengah bulan lamanya, yang sebelumnya beliau hilir mudik dari negri-negri di Sumatra seperti dari Bukittinggi, 50 Kota, Kampar Damasraya dan akhirnya sampai di Bidar Alam melalui Abai ( SBH ).
Jika melihat kondisi Nagari Bidar Alam yang terlihat biasa-biasa saja, tentu tidak akan pernah terpikirkan apalagi bagi generasi muda, pelajar dan para pendatang bahwa Bidar Alam pernah menjadi sebuah pusat pemerintahan sebuah negara berdaulat yang saat itu dalam kondisi darurat. Karena kondisinya yang masih jauh dari kemajuan, jalannya menuju kesana yang parah, listrik yg selalu hidup mati dan seabrek kekurangan lainnya. Sehingga sepintas lalu Bidar Alam sepertinya bukanlah sebuah ibukota negara, walaupun itu terjadi di masa penjajahan.
Mungkin karena peristiwa itu terjadi di masa lalu, sehingga pemerintah sekarang tak perlu untuk sedikit memoles atau membuat Bidar Alam sebagai negri yang pernah menjadi daerah penting di masa penjajahan. Toh,bukota RI sekarang Jakarta sudah maju dan modern.
Anda bisa melihat jejak-jejak sejarah yang terabaikan dan di biarkan begitu saja di Bidar Alam, Benda-benda saksi sejarah yang tak terawat, rumah serta stasiun radio ( sekarang MDA ) yang kelihatannya tak pernah di sentuh oleh pembaruan. Begitu juga tugu PDRI di halaman SDN 09 Bidar Alam yang tak terawat dan begitu begitu saja sedari dulu.
Alhamdulillah, semenjak di canangkannya Hari Bela Negara pada era SBY, " mata dunia " sedikit mulai terbuka akan pentingnya peranan Nagari Bidar Alam dalam sejarah panjang Republik Indonesia. Tanggal 19 Desember di peringati sebagai Hari Bela Negara, diperingati untuk mengenang dan meneladani sejarah dan tokoh-tokoh PDRI.
Pada setiap tanggal 19 Desember selalu di laksanakan upacara peringatan PDRI di Bidar Alam, dua kali upacara di adakan di Bukit Sangkar Puyauh Bidar Alam di sebuah panorama di atas bukit di Jorong Pasa Bidar Alam.
Semoga dengan telah di canangkannya hari Bela Negara setiap tanggal 19 Desember, kondisi Nagari Bidar Alam khususnya benda-benda saksi sejarah PDRI di Jorong Bulian dan Jorong Parak Durian bisa mendapat sedikit " sentuhan " dari tangan pemerintah, sehingga Bidar Alam layak di sebut sebagai sebuah Nagari yang pernah menjadi sebuah ibukota negara berdaulat.
Pernahkan anda membayangkan sebuah ibukota sebuah negara bertempat di daerah pinggiran, jauh dari keramaian kota yang layak di sebut sebagai sebuah ibukota. Akses jalan menuju daerah tersebut masih dalam kondisi berbahaya apaalgi bagi orang yang pertama kali masuk ke negri tersebut. Ibukota negara tersebut adalah BIDAR ALAM.
Bidar Alam adalah ibukota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Mr. Syafruddin Prawira Negara pernah mengendalikan pemerintahan PDRI di Bidar Alam lebih kurang tiga setengah bulan lamanya, yang sebelumnya beliau hilir mudik dari negri-negri di Sumatra seperti dari Bukittinggi, 50 Kota, Kampar Damasraya dan akhirnya sampai di Bidar Alam melalui Abai ( SBH ).
Jika melihat kondisi Nagari Bidar Alam yang terlihat biasa-biasa saja, tentu tidak akan pernah terpikirkan apalagi bagi generasi muda, pelajar dan para pendatang bahwa Bidar Alam pernah menjadi sebuah pusat pemerintahan sebuah negara berdaulat yang saat itu dalam kondisi darurat. Karena kondisinya yang masih jauh dari kemajuan, jalannya menuju kesana yang parah, listrik yg selalu hidup mati dan seabrek kekurangan lainnya. Sehingga sepintas lalu Bidar Alam sepertinya bukanlah sebuah ibukota negara, walaupun itu terjadi di masa penjajahan.
Mungkin karena peristiwa itu terjadi di masa lalu, sehingga pemerintah sekarang tak perlu untuk sedikit memoles atau membuat Bidar Alam sebagai negri yang pernah menjadi daerah penting di masa penjajahan. Toh,bukota RI sekarang Jakarta sudah maju dan modern.
Anda bisa melihat jejak-jejak sejarah yang terabaikan dan di biarkan begitu saja di Bidar Alam, Benda-benda saksi sejarah yang tak terawat, rumah serta stasiun radio ( sekarang MDA ) yang kelihatannya tak pernah di sentuh oleh pembaruan. Begitu juga tugu PDRI di halaman SDN 09 Bidar Alam yang tak terawat dan begitu begitu saja sedari dulu.
Alhamdulillah, semenjak di canangkannya Hari Bela Negara pada era SBY, " mata dunia " sedikit mulai terbuka akan pentingnya peranan Nagari Bidar Alam dalam sejarah panjang Republik Indonesia. Tanggal 19 Desember di peringati sebagai Hari Bela Negara, diperingati untuk mengenang dan meneladani sejarah dan tokoh-tokoh PDRI.
Pada setiap tanggal 19 Desember selalu di laksanakan upacara peringatan PDRI di Bidar Alam, dua kali upacara di adakan di Bukit Sangkar Puyauh Bidar Alam di sebuah panorama di atas bukit di Jorong Pasa Bidar Alam.
Semoga dengan telah di canangkannya hari Bela Negara setiap tanggal 19 Desember, kondisi Nagari Bidar Alam khususnya benda-benda saksi sejarah PDRI di Jorong Bulian dan Jorong Parak Durian bisa mendapat sedikit " sentuhan " dari tangan pemerintah, sehingga Bidar Alam layak di sebut sebagai sebuah Nagari yang pernah menjadi sebuah ibukota negara berdaulat.
0 komentar:
Posting Komentar